TENGGARONG - Salah satu penghuni bertubuh besar Sungai Mahakam yang terancam punah, yakni pesut (Orcaella brevirostris), diduga keberadaannya hanya ada di perairan wilayah Kutai Kartanegara (Kukar). “Saat ini, pesut di seluruh Mahakam ini diperkirakan hanya ada di perairan Kukar,” ujar Peneliti asal Belanda Danielle Kreb dari Yayasan Konservasi Rasi (Rare Aquatic Species of Indonesia) beberapa waktu lalu saat ditemui di lokasi pemantauan pesut Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun.
Menurut hasil monitoring YK Rasi pada 2012, Pesut Mahakam diperkirakan tinggal berjumlah 92 ekor. Dijelaskannya, sekarang Pesut Mahakam hanya kerap terlihat di sekitar Danau Semayang, Desa Pela, dan Sangkuliman, Kota Bangun hingga paling hilir terlihat di Cagar Alam Sedulang, Kecamatan Muara Kaman. Sehingga wilayah dengan luas 6 ribu hektare tersebut akan ditetapkan menjadi zona pelestarian pesut oleh Pemkab Kukar. Padahal sebelumnya, pesut juga terlihat di Muara Pahu Kutai Barat. Menurut Danielle, bergesernya habitat pesut ini akibat konversi atau alih fungsi lahan di tepi Mahakam yang dulunya ditumbuhi pepohonan dan semak serta rawa, kini berubah jadi perkebunan dan tambang.
"Mungkin karena konversi itu, pesut semua lari ke hilir dan menetap di perairan Kota Bangun hingga Muara Kaman," ungkapnya. Untuk itu diharapkan semua pihak, mulai pemerintah, swasta, dan warga agar tetap menjaga habitat pesut di Mahakam, yakni dengan tidak berbuat sesuatu yang dapat merusak daerah aliran Sungai Mahakam. Dikatakannya, ancaman terhadap pesut, yakni alih fungsi hutan atau rawa yang mengakibatkan sedimentasi atau endapan, serta ikan akan kehilangan tempat bertelur, sehingga sumber daya ikan yang menjadi makanan pesut berkurang. Ancaman lainnya, yakni polusi kimia dan sampah plastik di sungai. "Saya pernah bedah pesut yang sudah mati, di dalam perutnya ada sampah plastik, makanya jangan buang sampah plastik ke sungai," katanya.
Selain itu, dikatakannya banyaknya alat transportasi dengan mesin besar yang lalu-lalang di atas sungai membuat polusi suara atau bising, juga membuat pesut rawan ditabrak kapal. Karena sistem navigasi pesut menggunakan sistem sonar (sound navigation and ranging), maka menurutnya jika ada kapal besar didekatnya, pesut bisa kebingungan menentukan arah. Kemudian ancaman terhadap pesut lainnya, yaitu alat tangkap ikan yang tidak lestari, misalnya jaring bentang, setrum, dan racun. "Saya harap warga dan nelayan tidak menggunakan alat tangkap yang dilarang. Jika menggunakan rengge (jaring, Red) harap sering-sering dicek bila perlu satu jam sekali, supaya jika pesut tersangkut bisa segera diketahui dan dibebaskan," paparnya.
Dijelaskannya, status Pesut Mahakam kini dilindungi oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Kemudian, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang merupakan sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam menetapkan status Pesut Mahakam sangat terancam punah.
Sedangkan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam, Pesut Mahakam termasuk dalam golongan Apendiks I. "Artinya, pesut terdaftar dalam seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional, ataupun dilarang dipelihara dalam penangkaran, artinya tidak boleh ditangkap," paparnya. (hayru/hmp03/tom/k11)
sumber:http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/69498/pesut-mahakam-yang-keberadaannya-kian-terancam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar